
Pemerintah Thailand telah mengumumkan rencana untuk mendirikan sebuah pusat untuk memerangi berita yang tidak terverifikasi di platform media sosial, menepis kekhawatiran bahwa pusat tersebut dapat digunakan untuk menekan kebebasan berpendapat.
Tujuan dari pusat ini adalah untuk memerangi semua jenis berita palsu, dengan fokus pada misinformasi tentang bencana dan masalah keuangan, kata Menteri Ekonomi dan Masyarakat Digital Buddhipongse Punnakanta.
“Berita palsu tertanam dalam setiap aspek masyarakat kita, jadi sangat sulit untuk menemukan sesuatu yang spesifik saat ini selain masalah yang sudah jelas, bencana, dan berita keuangan, namun seiring dengan kemajuan kita – secara perlahan namun efektif – kita akan mencoba untuk menghilangkannya. mengidentifikasi setiap aspek yang mungkin untuk dicakup. ,” kata Buddhipongse pada konferensi pers.
Tonton berita terkini di Channel 7 atau streaming gratis 7 ditambah >>
Dia mengatakan pusat tersebut juga akan mengajarkan literasi media dan meluncurkan situs web yang akan bertindak sebagai pemverifikasi digital terhadap berita yang diduga palsu.
“Masyarakat dapat mengirimkan berita apa pun yang mereka curigai belum terverifikasi, atau yang dapat menimbulkan ketakutan dan kebingungan di kalangan masyarakat, di situs web tersebut dan pejabat kami akan memverifikasi keasliannya dalam waktu dua jam,” katanya.
Pusat dan situs web tersebut diperkirakan akan diluncurkan pada bulan Oktober, namun rencana tersebut telah menuai kritik.
Juru bicara Partai Maju Masa Depan (Future Forward Party) yang merupakan oposisi mengatakan pada bulan lalu bahwa ia menyampaikan kekhawatirannya mengenai berita palsu, yang menurutnya digunakan untuk menyerang lawan-lawan pemerintah, namun merasa ragu untuk mendirikan pusat semacam itu.
Buddhipongse membantah bahwa pusat tersebut akan mengganggu kebebasan berpendapat.
“Kami tidak bermaksud untuk bertindak sebagai main hakim sendiri, dan tidak akan dijadikan oleh sekelompok orang sebagai alat untuk membenarkan tindakan mereka atau tindakan orang lain,” ujarnya.
Isu berita palsu telah menjadi perhatian utama di beberapa negara Asia Tenggara.
Para kritikus mengatakan bahwa informasi yang salah yang tersebar di media sosial, seringkali dengan niat jahat, telah membantu memicu kekerasan komunal di Myanmar, khususnya terhadap minoritas Muslim. Hal ini juga melanda pemilu baru-baru ini di Indonesia dan Filipina.
Pada saat yang sama, ada kekhawatiran bahwa upaya pemerintah melawan berita palsu dapat menghambat kebebasan berpendapat dan digunakan sebagai senjata melawan lawan politik.
Thailand sudah memiliki Undang-Undang Kejahatan Komputer yang mengatur media online. Ini sering digunakan dalam kasus-kasus yang melibatkan politik dan kritik terhadap pemerintah.
Buddhipongse mengatakan bahwa pusat tersebut memerlukan kerja sama dari platform media sosial untuk melawan masalah berita palsu.