
Presiden Palestina Mahmoud Abbas telah mengambil sumpah pemerintahan baru yang dipimpin oleh seorang loyalis dari partai Fatah yang dominan, sebuah langkah yang ditolak oleh saingannya dari Islam, Hamas.
Mohammed Shtayyeh, seorang ekonom dan penasihat lama Abbas, akan menjabat sebagai perdana menteri Otoritas Palestina (PA) yang berbasis di Tepi Barat.
Menteri Luar Negeri Riyad al-Maliki dan Menteri Keuangan Shukri Bishara akan tetap memegang jabatan mereka.
Tonton berita terkini di Channel 7 atau streaming gratis 7 ditambah >>
Shtayyeh diangkat menjadi perdana menteri Palestina pada 10 Maret, menggantikan rektor universitas independen Rami Al-Hamdallah. Dia akan menjalankan kementerian dalam negeri dan kementerian agama sampai ada penunjukan baru untuk kedua jabatan tersebut.
Kelompok saingan Hamas yang menguasai Gaza menyebut tindakan tersebut sebagai pukulan terhadap upaya persatuan yang telah goyah sejak kedua kelompok tersebut menandatangani perjanjian rekonsiliasi baru di Kairo pada Oktober 2017. Perselisihan pembagian kekuasaan menghalangi implementasi perjanjian tersebut.
“Ini adalah pemerintahan separatis, tidak memiliki legitimasi nasional dan akan memperkuat peluang pemisahan Tepi Barat dari Gaza,” kata sebuah pernyataan yang dikeluarkan Hamas pada upacara pelantikan di Ramallah, di Tepi Barat yang diduduki Israel. , Sabtu.
Dua faksi Organisasi Pembebasan Palestina pimpinan Abbas menolak berpartisipasi dalam pemerintahan Shtayyeh.
Tantangan utama yang dihadapi Shtayyeh adalah untuk menopang PA yang kekurangan uang, yang telah terhimpit oleh pemotongan bantuan AS yang tajam, dimana krisis ini diperburuk oleh perselisihan dengan Israel mengenai pemotongan sekitar 5 persen dari pendapatan pajak bulanan yang ditransfer ke Otoritas. .
Selain itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang sedang mengincar masa jabatan kelima setelah pemilu tanggal 9 April, mengatakan ia akan mencaplok permukiman Israel di Tepi Barat jika terpilih kembali.
Jika diterapkan, langkah ini akan menjadi pukulan serius terhadap aspirasi Palestina mengenai solusi dua negara berdasarkan perbatasan tahun 1967. Proses perdamaian hampir gagal dan Israel memperluas pemukimannya di Yerusalem Timur dan Tepi Barat meskipun ada keberatan dari dunia internasional.
Para pemimpin Palestina mengatakan Israel diberi wewenang oleh Presiden AS Donald Trump untuk “melanggar hak nasional dan hak asasi manusia rakyat Palestina”.
Berbicara kepada anggota kabinet barunya, Abbas menegaskan kembali penolakannya terhadap rencana perdamaian Trump, dengan mengatakan tidak ada gunanya berbicara dengan Trump setelah ia memindahkan kedutaan AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan mengakui kota suci tersebut sebagai ibu kota Israel.
Nickolay Maldenov, utusan khusus perdamaian Timur Tengah PBB, menyambut baik pengumuman pemerintahan baru dan berjanji untuk bekerja sama dengannya.