
Seorang mahasiswa berusia 24 tahun meledakkan dirinya di luar markas polisi di kota Medan, Indonesia, melukai enam orang, hanya sebulan setelah seorang militan Islam menyerang mantan menteri keamanan.
Juru bicara kepolisian nasional Dedi Prasetyo mengatakan pelajar tersebut adalah seorang pelaku bom bunuh diri, meskipun pihak berwenang masih menyelidiki apakah ia memiliki hubungan dengan kelompok militan.
Indonesia, negara berpenduduk mayoritas Muslim terbesar di dunia, telah mengalami kebangkitan militansi dalam negeri dalam beberapa tahun terakhir, dan polisi sering menjadi sasaran serangan.
Lihat berita terbaru dan streaming gratis 7 ditambah >>
Prasetyo mengatakan empat petugas polisi dan dua warga sipil, salah satunya adalah pegawai polisi, terluka akibat ledakan di tempat parkir mobil di Mapolrestabes Medan sesaat sebelum pukul 09.00 (13.00 AEDT) pada hari Rabu.
“Semua potongan yang ditemukan di lokasi kejadian akan diuji oleh laboratorium forensik untuk menentukan jenis bom,” kata Prasetyo pada konferensi pers, sambil mencatat bahwa paku, kabel, tombol saklar dan bagian tubuh tersangka telah ditemukan.
Unit kontra-terorisme Indonesia, Densus 88, sedang menyelidiki apakah pelaku bom memiliki hubungan dengan kelompok radikal seperti Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang terinspirasi ISIS, yang telah melakukan serangkaian serangan di negara tersebut, katanya.
Gambar yang disiarkan di televisi menunjukkan asap dan pecahan pecahan berasal dari area parkir dan orang-orang bergegas keluar dari gedung-gedung di sekitar markas setelah ledakan.
“Pelanggar dan kelompok teroris akan diburu, ditangkap, dan diadili sesuai hukum kita,” kata Fadjroel Rahman, juru bicara Presiden Joko Widodo, dalam keterangannya yang dikutip media.
Operator bandara Indonesia Angkasa Pura II mengatakan telah memperketat keamanan di 19 bandara setelah pemboman tersebut.
Terduga penyerang yang mengenakan jaket tukang ojek dan membawa tas punggung itu diduga mengikatkan bom di tubuhnya, kata Prasetyo.
Sebelumnya, juru bicara kepolisian provinsi mengatakan tersangka memeriksa tasnya sebelum memasuki tempat parkir dekat area tempat orang mengantri untuk mendapatkan sertifikat verifikasi polisi.
Serangan itu terjadi sebulan setelah seorang tersangka Islam menikam dan melukai Wiranto, mantan menteri keamanan Indonesia, setelah membuka gedung universitas. Wiranto, yang seperti kebanyakan orang Indonesia hanya menyebut satu nama, telah keluar dari rumah sakit setelah menjalani operasi.
Pemerintah berupaya memperketat undang-undang anti-terorisme setelah serangkaian bom bunuh diri yang terkait dengan kelompok JAD menewaskan lebih dari 30 orang di kota Surabaya tahun lalu.
Polisi telah menahan ratusan tersangka sejak awal tahun ini, untuk mengantisipasi peningkatan ancaman serangan dari warga Indonesia yang bergabung dengan ISIS dan kembali dari Timur Tengah.