
Parlemen Irak memilih untuk menerima pengunduran diri Perdana Menteri Adel Abdul Mahdi setelah berminggu-minggu protes anti-pemerintah yang disertai kekerasan mengguncang negara itu.
Keputusan Abdul Mahdi untuk mengundurkan diri pada hari Jumat terjadi setelah adanya seruan dari ulama terkemuka Muslim Syiah Irak, Ayatollah Ali al-Sistani agar parlemen mempertimbangkan untuk menarik dukungannya terhadap pemerintahan Abdul Mahdi guna membendung kekerasan.
“Parlemen Irak akan meminta presiden negara tersebut untuk menunjuk perdana menteri baru,” kata sebuah pernyataan dari kantor media parlemen pada hari Minggu.
Lihat berita terbaru dan streaming gratis 7 ditambah >>
Anggota parlemen mengatakan pemerintahan Abdul Mahdi, termasuk perdana menterinya sendiri, akan tetap dalam kapasitas sementara sampai pemerintahan baru dipilih.
Berdasarkan konstitusi, Presiden Barham Salih diperkirakan akan meminta blok terbesar di parlemen untuk menunjuk perdana menteri baru untuk membentuk pemerintahan, sebuah langkah yang diperkirakan akan memicu perselisihan politik selama berminggu-minggu.
Pasukan Irak telah membunuh hampir 400 orang yang sebagian besar merupakan pengunjuk rasa muda dan tidak bersenjata sejak protes massal anti-pemerintah pecah pada 1 Oktober.
Lebih dari selusin anggota pasukan keamanan juga tewas dalam bentrokan.
Pengunduran diri Abdul Mahdi, meski disambut baik oleh para pengunjuk rasa, diperkirakan tidak akan mengakhiri protes yang menyerukan perombakan sistem politik yang dituduh korup dan membuat sebagian besar penduduk berada dalam kemiskinan.
Para pengunjuk rasa membakar konsulat Iran di kota suci Syiah Najaf pada hari Minggu untuk kedua kalinya dalam seminggu, kata sumber polisi dan pertahanan sipil.
Para pengunjuk rasa memasuki konsulat di Najaf pada hari Rabu dan membakar seluruh gedung, memicu respons mematikan dari pasukan keamanan dan meningkatkan kerusuhan yang menyebabkan pengunduran diri Abdul Mahdi.
Protes berlanjut di Bagdad dan wilayah selatan lainnya. Pasukan keamanan membunuh seorang pengunjuk rasa dan melukai sembilan lainnya di dekat jembatan di ibu kota pada hari Minggu, kata polisi dan sumber medis.
Di Nassiriya, dua pengunjuk rasa tewas pada hari Minggu karena luka yang mereka alami dalam bentrokan sebelumnya dengan pasukan keamanan di kota selatan, kata sumber polisi dan medis.
Kerusuhan ini merupakan tantangan terbesar bagi Irak sejak kelompok ISIS merebut sebagian wilayah Irak dan Suriah pada tahun 2014.
Aksi ini mempertemukan para pengunjuk rasa muda Syiah yang tidak puas dengan pemerintah yang didominasi Syiah yang didukung oleh Iran dan dituduh menyia-nyiakan kekayaan minyak Irak serta memperburuk infrastruktur dan standar hidup.